4. PENGERTIAN
KEKALUTAN MENTAL
Pengertian kekalutan mental merupakan suatu keadaan
dimana jiwa seseorang mengalami kekacauan dan kebingungan dalam dirinya
sehingga ia merasa tidak berdaya. Saat mendapat kekalutan mental berarti
seseorang tersebut sedang mengalami kejatuhan mental dan tidak tahu apa yang
mesti dilakukan oleh orang tersebut. Dengan mental yang jatuh tersebut tak jarang
membuat orang yang mengalami kejatuhan mental menjadi tak waras lagi atau gila.
Karena itu orang yang mengalami kejatuhan atau kekalutan mental seharusnya
mendapat dukungan moril dari orang-orang dekat di sekitarnya seperti orangtua,
keluarga atau bahkan teman-teman dekat atau teman-teman pergaulannya. Hal
tersebut dibutuhkan agar orang tersebut mendapat semangat lagi dalam hidup.
Tahapan-tahapan gangguan jiwa adalah :
1. Gangguan
kejiwaan nampak dalam gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun
rohaninya.
2. Usaha
mempertahankan diri dengan cara negatif, yaitu mundur atau lari, sehingga cara
bertahan dirinya salah, pada orang yang tidak menderita gangguan kejiwaan bila
menghadapi persoalan, justru lekas memecahkan problemnya, sehingga tidak menekan
perasaannya.
3. Kekalutan
merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalami
gangguan.
Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental, dapat banyak
disebutkan antara lain sebagai berikut :
1. Kepribadian
yang lemah
2. Terjadinya
konflik sosial budaya
3. Cara
pematangan batin,
Bentuk frustrasi antara lain :
1. Agresi
2. Regresi
3. fiksasi
4. Proyeksi
5. Identifikasi
6. Narsisme
7. Autisme
Penderita kekalutan mental banyak terdapat dalam
lingkungan seperti :
1. Kota-kota
besar
2. Anak-anak
muda usia
3. Wanita
4. Orang
yang tidak berguna
5. Orang
yang terlalu mengejar materi
Penderitaan batin dalam ilmu Psikologi dikenal
sebagai kekalutan mental (mental disorder). Menurut Dra. Kartini Kartono dalam
bukunya Psikologi Abnormal & Pathologi Seks, dirumuskan bahwa yang disebut
kekalutan mental adalah sebagai berikut :
1. Bentuk
gangguan dan kekacauan fungsi mental, atau kesehatan mental yang disebabkan
oleh gangguan kegagalan bereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi
kejiwaan terhadap stimuli ekstern dan ketegangan-ketegangan, sehingga muncul
gangguan fungsi atau gangguan struktur dari suatu bagian, satu organ, atau
sistem kejiwaan/mental.
2. Merupakan
totalitas kesatuan ekspresi proses kejiwaan/mental yang patologis terhadap
stimuli sosial, dikombinasikan dengan faktor-faktor kausatif sekunder lainnya
(Patologi = Ilmu penyakit).
Secara sederhana, kekalutan mental dapat dirumuskan
sebagai gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persolan
yang harus diatasi, sehingga yang bersangkutan bertingah laku secara kurang
wajar. Misalnya, seseorang yang tidak mampu menjawab sebuah pertanyaan ujian,
menggigit-gigit pensil.
Gejala-gejala permulaan pada orang yang mengalami
kekalutan mental adalah sebagai berikut :
1. Jasmaninya
sering merasakan pusing-pusing, sesak napas, demam dan nyeri pada lambung,
2. Jiwanya
sering menunjukkan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, dan
mudah marah.
Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah sebagai berikut
:
1. Gangguan
kejiwaan akan nampaak dalam gejala-gejala kehidupan penderita, baik pada
jasmani maupun rohaninya.
2. Usaha
mempertahankan diri dilakukan dengan cara negatif (escape mechanism), yaitu
mundur atau lari (menghindarkan diri), sehingga cara bertahan dirinya tentu
salah. Hal ini akan berbeda apabila terjadi pada orang yang tidak menderita
gangguan kejiwaan, yang apabila menghadapi pesoalan justru akan segera
memecahkan persoalan sehingga tidak menekan perasannya. Jadi, bukan melarikan
diri dari persoalan, tetapi melawan atau memecahkan persoalan (problem
solving).
3. Kekalutan
merupakan titik patah (mental breakdown), dan yang bersangkutan mengalami
disorder (tidak semestinya atau gangguan).
Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental dapat
disebutkan sebagai berikut :
1. Kepribadian
yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna. Hal-hal
tersebut sering menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri, yang
berangsur akan menyudutkan kedudukannya dan menghancurkan mentalnya. Hal ini
banyak terjadi pada orang-orang melankolis.
2. Terjadinya
konflik sosial-budaya akibat adanya norma yang berbeda antara yang bersangkutan
dan yang ada dalam masyarakat, sehingga ia tidak dapat menyesuaikan diri lagi,
misalnya orang dari pedesaaan yang telah mapan sulit menerima keadaan baru yang
jauh berbeda dari masa lalunya yang jaya.
3. Cara
pematangan bathin yang salah dengan memberikan reaksi berlebihan terhadap
kehidupan sosial; overacting sebagai overkompensasi dan tampak emosional.
Sebaliknya ada yang underacting sebagai rasa rendah diri yang lari ke alam
fantasi.
Proses-proses kekalutan mental yang dialami oleh
sesorang dapat mendorongnya ke arah berikut ini :
1. Positif,
bila trauma (luka jiwa) yang dialami seseorang akan dijawab secara baik sebagai
usaha agar tetap survive dalam hidup. Misalnya, melakukan shalat Tahajud bagi
umat Islam waktu malam hari untuk memperoleh ketenangan dan mencari jalan
keluar untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi, atau melakuka kegiatan yang
positif setelah kejatuhan dalam kehidupan (Dalam pepatah dikatakan; Hendaknya
jatuh tupai janganlah sampai jatuh tapai!)
2. Negatif,
bila trauma yang dialami tidak dapat dihilangkan, sehingga yang bersangkutan
mengalami frustrasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang
diinginkan.
Bentuk frustrasi yang dialami orang dewasa antara
lain sebagai berikut :
1. Agresi,
serangan berupa kemarahan yang meluap akibat emosi yang tidak terkendalikan.
Secara fisik berakibat mudah terjadinya hipertensi (tekanan darah tinggi), atau
melakukan tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitarnya.
2. Regresi,
kembali pada pola reaksi yang primitif atau kekanak-kanakan (infantil),
misalnya dengan menjerit-jerit, menangis sampai meraung-raung dan merusak
barang-barang.
3. Fiksasi,
peletakan atau pembatasan pada satu pola yang sama (tetap), misalnya dengan
membisu, memukul-mukul dada sendiri dan membentur-benturkan kepala pada benda
keras.
4. Proyeksi,
usaha mendapatkan, melemparkan atau memproyeksikan sikap-sikap sendiri yang
negatif pada orang lain. Kata pepatah : awak yang tidak pandai menari,
dikatakan lantai yang terjungkat.
5. Indentifikasi,
menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imajinasi, misalnya dalam kecantikan,
yang bersangkutan menyamakan dirinya dengan bintang film, atau dalam soal harta
kekayaan dengan pengusaha kaya yang sukses.
6. Narsisme,
self love yang berlebihan sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih
superior dari pada orang lain.
7. Autisme,
gejala menutup diri secara total dari dunia riil, tidak ingin berkomunikasi
dengan orang luar, dan merasa tidak puas dengan fantasinya sendiri yang dapat
menjurus pada sifat yang sinting.
Oleh karena itu, penderita kekalutan mental lebih
banyak terdapat dalam lingkungan :
1. Kota-kota
besar banyak memberikan tantangan-tantangan hidup yang berat, sehingga orang
merasa dikejar-kejar dalam memenuhi keperluan hidupnya. Akibatnya, sebagian
orang tidak mau tahu penderitaan orang lain, timbullah egoisme yang merupakan
salah satu ciri masyarakat kota.
2. Anak-anak
usia muda tidak berhasil dalam mencapai apa yang dikehendaki atau
diidam-idamkan, karena tidak berimbanganya kemampuan dengan tujuannya, dan
karena belum berpengalaman. Orang-orang usia tua pun sering mengalami
penderitaan dalam kenyataan hidupnya, akibat norma lama yang dipegangnya secara
teguh sudah tidak sesuai dengan norma baru yang tengah berlaku.
3. Wanita
umumnya lebih mudah merasakan suatu masalah dan memendamnya di dalam hati
(introver). Namun, sulit mengeluarkan perasaannya tersebut, sementara mereka
memiliki kondisi tubuh yang lebih lemah. Hal ini mengakibatkan mereka banyak
memendam masalah dalam hati, sehingga tidaklah mengherankan kalau kaum wanita
banyak yang menjadi penderita psikosomatik (penyakit akibat gangguan kejiwaan)
dari pada kaum pria.
4. Orang-orang
yang tidak beragama tidak memiliki keyakinan bahwa diatas dirinya ada kekuasaan
yang lebih tinggi sehingga sikap pasrah pada umumnya tidak dikenalnya. Dalam
keadaan yang sulit, orang seperti ini mudah sekali megalami penderitaan,
diperkirakan bahwa jumlah penderita golongan ini mencapai 40 %.
5. Orang
yang terlalu mengejar materi, seperti pedagang dan pengusaha, selalu memiliki
sifat ‘gigiah’ dalam memperoleh tujuan kegiatanya, yaitu mencari untung
sebanyak mungkin. Mereka adalah kaum materialis dan biasanya mengabaikan
masalah spiritual yang justeru membuat seseorang pasrah pada saat-saat
tertentu.
Cara-cara untuk menghindarkan diri dari frustrasi
antara lain adalah sebagai berikut :
1. Seseorang
harus memelihara kesehatan jiwa (mental health) yang memiliki ciri-ciri seperti
memelihara tujuan hidup, bergairah namun tetap serta harmonis, ada keseimbangan
antara kemampuan dan tujuan, memiliki integrasi dan regularisasi tehadap
struktur kepribadian, dan efisien dalam tindakan-tindakannya.
2. Melatih
berpikir dan berbuat wajar tanpa menggunakan defence mechanism atau escape
mechanism yang negatif. Artinya hanya bersifat pertahanan mundur yang pada
suatu saat akan mengakibatkan seseorang terpojok sendiri. Untuk menghindari hal
tersebut, salah satu cara yang baik adalah dengan melakukan positive thinking,
yaitu suatu cara untuk memecahkan persoalan dengan berpikir jauh ke depan
(futuristis).
3. Berani
mengatasi kesulitan sebagai respons terhadap challenge (tantangan) yang
dihadapi agar dirinya survive dalam kehidupan. Keberhasilan seseorang dalam
mengatasi kesulitan yang dihadapi akan membuat dirinya menjadi puas.
4. Berkomunikasi
dengan orang lain, terutama dengan para ahli (Psikiater). Lebih dari itu adalah
menghilangkan himpitan perasaan untuk memperoleh petunjuk dalam mengatasi
kesulitan yang dihadapi, selain dengan para ahli, cara mengatasi persoalan juga
dapat dilakukan dengan berkomunikasi dengan kawan akrab. Kawan akrab dapat diajak
bertukar pikiran, sehingga bisa membantu dalam meringankan suatu masalah,
misalnya frustrasi. Dalam banyak hal, kawan akrab selalu menampung segala rasa,
terutama rasa yang tidak menyenangkan, misalnya penderitaan. Bahkan, pada saat
yang diperlukan dapat juga memberikan nasihat yang dibutuhkan.
Beberapa istilah yang sering dipergunakan dalam
kehidupan sehari-hari, berkaitan dengan soal kekalutan adalah obsesi dan
kompulsi. Obsesi adalah ketakutan yang selalu membayangi penderitanya, ia tidak
mampu melepakan dirinya dari ketakutan tersebut dan tidak mampu pula
mengatasinya. Misalnya, seseorang yang tahu bahwa dia menderita kanker, setiap
saat yang terbayang adalah kematian yang mengerikan, penderitaannya makin berat
ketika ia mendengar atau membaca soal kanker.
Kompulsi adalah perbuatan yang didasari sebagai hal
yang irasional (tidak masuk akal), tetapi dilakukan juga diluar kesadarannya
akibat dari adanya obsesi yang dideritanya. Misalnya orang latah, yang diluar
kesadarannya berkata jorok karena ada obsesi ketidak puasannya soal seks, orang
kleptomania adalah orang-orang yang suka mengambil barang-barang kecil dan
kurang berharga para waktu kecilnya kurang mendapatkan dari orang tuanya.
Penderitaan maupun siksaan yang dialami oleh manusia
memang merupakan beban berat, mengakibatkan seseorang seolah-olah merasa bahwa
dunia ini benar-benar merupakan neraka dalam hidupnya. Oleh karena itu,
biasanya terlontar kata-kata lebih baik mati daripada hidup. Dengan pengertian
bahwa dengan kematian, berakhirlah penderitaan yang dialaminya. Itulah
sebabnya, mereka yang terlalu menderita dan merasa putus asa, lalu mengambil jalan
“pintas”, yaitu bunuh diri.
Benarkah orang yang telah meninggal, terutama yang
memakai jalan bunuh diri sudah lepas dari penderitaan? Jawabannya tidak, karena
ajaran agama pada umumnya mengatakan bahwa Tuhan tidak dapat menerima mereka
yang bunuh diri di surga, karena bunuh diri dianggap telah melampaui-Nya dalam
menentukan nasib.
SUMBER
http://blackjackuniverse.blogspot.co.id/2012/04/pengertian-kekalutan-mental.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar