a.
Aspek Psikologis dari Individu Pengguna Internet
1.
Perbedaan kepribadian pria dan wanita
Kehadiran komputer dan
internet telah merubah dunia kerja, dari tekanan pada kerja otot ke kerja
otak.. Implikasinya adalah perbedaan perilaku pria dan wanita semakin mengecil.
Kini semakin banyak pekerjaan kaum pria yang dijalankan oleh kaum wanita.
Banyak pakar yang berpendapat bahwa kini semakin besar porsi wanita yang
memegang posisi sebagai pemimpin, baik dalam dunia pemerintahan maupun dalam
dunia bisnis. Bahkan perubahan perilaku ke arah perilaku yang sebelumnya
merupakan pekerjaan pria semakin menonjol. Data yang tertulis dalam buku
Megatrend for Women:From Liberation to Leadership yang ditulis oleh Patricia
Aburdene & John Naisbitt (1993) menunjukkan bahwa peran wanita dalam
kepemimpinan semakin membesar. Semakin banyak wanita yang memasuki bidang
politik, sebagai anggota parlemen, senator, gubernur, menteri, dan berbagai
jabatan penting lainnya. Selain itu semakin banyak wanita yang menjadi pimpinan
perusahaan dan sekaligus menjadi pemilik perusahaan. Di Indonesia selama 54
tahun merdeka belum pernah ada wakil presiden wanita, kini di tahun 1999
Indonesia sudah memilikinya. Peran wanita dalam pengambilan keputusan dalam
kehidupan keluarga semakin besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Amerika
Serikat 75 persen dari keputusan yang menyangkut kesehatan dalam keluarga
diputuskan oleh wanita. Wanita membeli 50 persen dari mobil yang terjual di
Amerika. Bahkan Toyota melaporkan bahwa 60 persen pembeli mobil mereka adalah
kaum wanita. Sekitar 80 persen dari belanja keperluan konsumen sehari-hari
dibelanjakan oleh kaum wanita. Hal yang tidak kalah menariknya adalah semakin
banyak wanita yang melakukan pekerjaan yang tadinya pekerjaan yang dominan
dilakukan kaum pria. Kalau semula pekerjaan membeli ban baru untuk mobil
umumnya dilakukan pria, kini ban mobil yang terjual di USA sekitar 45 persen
dibeli oleh kaum wanita. Peralatan sport yang laku di USA 40 persen berasal
dari pembeli wanita. Hal lain yang menonjol adalah 75 persen pakaian pria
dibeli oleh wanita, dan seperempat dari mobil truk yang laku di USA dibeli oleh
wanita (Aburdene & Naisbitt, 1993). Tampaknya wanita semakin dominan
perannya dalam kehidupan masa kini. Sayang sekali data perilaku wanita yang
rinci seperti itu tidak dimiliki oleh kita di Indonesia.. Namun rasanya
kecenderungan seperti itu juga muncul di Indonesia walaupun tidak sepantastis
wanita di Amerika Serikat. Diduga kecenderungan perilaku wanita seperti yang
dikemukakan di atas akan semakin dominan di milenium baru ini. Selain internet
ada permainan komputer yang diduga akan mempersempit perbedaan kepribadian pria
dan wanita. Banyak permainan elektronik Play Station yang sangat populer di
Indonesia. Permainan dalam PS sangat banyak yang menonjolkan kekerasan.
Permainan ini sangat digemari oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Kini
berbagai permainan tersebut dapat diakses dan dimainkan melalui internet. Kini
internet sudah menjadi pusat hiburan. Kita belum memperoleh informasi yang
sistimatik tentang perbedaan aspek kognitif dan kepribadian pria dan wanita
sebagai akibat penggunaan teknologi komputer seperti yang dikemukakan di atas.
Apakah masih ada perbedaan sifat kepribadian seperti yang secara tradisional
kita ketahui bahwa wanita lebih menonjol dalam aspek verbal dan emosional,
sedangkan pria lebih menonjol dalam aspek non-verbal dan lebih asertif (lihat
Conger, 1975). Apakah ketakutan akan sukses semakin menipis pada kaum wanita
(lihat Alimatus Sahrah, 1996). Kalau dikaitkan dengan aspek psikologi peran
seks ( Bem, 1983.), apakah kini semakin banyak kelompok androgini, ataukah
semakin banyak porsi wanita yang berperan seks maskulin? Bila demikian apakah
dampaknya bagi hubungan sosial pria dan wanita?
b.
Aspek Demografis dari Individu Pengguna Internet
1.
Gender
Pengaruh gender di
internet pada umumnya wanita yang sering bermain dengan internet, misalnya
facebook, twitter dan lain-lain. Wanita selalu memposting lebih banyak daripada
pria, karena wanita terlalu sensitive pada apa yang sedang terjadi dan sangat
emosional. Pada pria lebih cenderung ke forum atau game online. Pria juga
senang berjam-jam untuk melakukan hal itu. Internet juga bisa membuat para pria
terpengaruh oleh fashion jaman sekarang. Contohnya dari Korea, bisa saja mereka
membuat para pria mengenakan fashion itu, tetapi dari sudut pandang wanita
fashion itu tidak cocok untuk mereka yang pria jantan, contohnya dari gaya
rambut. Jaman sekarang para pria banyak yang mengikuti gaya rambut dari negara
luar, padahal gaya rambut itu membuat mereka terlihat seperti wanita. Semakin
berkembangnya internet dan globalisasi membuat banyak yang pria seakan-akan
menjadi wanita dan wanita seperti pria.
2.
Usia
Internet juga membawa
pengaruh yang signifikan bagi semua kalangan. Oleh karena itu, tidak hanya
orang dewasa saja yang sudah mengenal internet tapi anak-anak juga, bahkan
mereka sudah bisa menggunakannya secara langsung.
Pemanfaatan Internet
tentu harus di sesuaikan dengan tingkat usia anak. Usia anak SD rata-rata
berkisar antara 7-13 tahun. Dan tingkatan itu semua memiliki cara penanganan
yang berbeda. Berikut tahap pengenalan Internet pada anak sesuai tingkat
usianya.
3.
USIA 4 S/D 7 TAHUN
Anak mulai tertarik
untuk melakukan eksplorasi sendiri. Meskipun demikian, peran orang tua masih
sangat penting untuk mendampingi ketika anak menggunakan Internet. Dalam usia
ini, orang tua harus mempertimbangkan untuk memberikan batasan-batasan situs
yang boleh dikunjungi, berdasarkan pengamatan orang tua sebelumnya. Untuk
mempermudah hal tersebut, maka orang tua bisa menyarankan kepada anaknya untuk
menjadikan sebuah direktori atau search engine khusus anak-anak.
4.
USIA 7 S/D 10 TAHUN
Dalam masa ini, anak
mulai mencari informasi dan kehidupan sosial di luar keluarga mereka. Inilah
saatnya dimana faktor pertemanan dan kelompok bermain memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kehidupan seorang anak. ada masa ini, fokus orang tua bukanlah
pada apa yang dikerjakannya di Internet, tetapi berapa lama dia menggunakan
Internet.
5.
USIA 10 S/D 12 TAHUN
Pada masa pra-remaja
ini, anak yang membutuhkan lebih banyak pengalaman dan kebebasan. Inilah saat
yang tepat untuk mengenalkan fungsi Internet untuk membantu tugas sekolah
ataupun menemukan hal-hal yang berkaitan dengan hobi mereka. Pada usia ini,
sangatlah penting untuk menekankan konsep kredibilitas. Anak-anak perlu
memahami bahwa tidak semua yang dilihatnya di Internet adalah benar dan bermanfaat,
sebagaimana belum tentu apa yang disarankan oleh teman-temannya memiliki nilai
positif.
6.
USIA 12 S/D 14 TAHUN
Inilah saat anak-anak
mulai aktif menjalani kehidupan sosialnya. Bagi yang menggunakan Internet,
kebanyakan dari mereka akan tertarik dengan online chat (chatting). Masa ini
merupakan masa yang tepat bagi kebanyakan orang tua untuk bercerita dan berbagi
informasi tentang hal-hal seksual kepada anaknya. Tetapi di sisi lain,
pemasangan software filter secara diam-diam ataupun tanpa persetujuan sang anak,
bisa berdampak pada timbulnya resistansi sang anak kepada orang tua.
7.
USIA 14 S/D 17 TAHUN
Masa ini adalah masa
yang paling menarik dan menantang dalam kehidupan seorang anak remaja dan
orangtua. Seorang remaja akan mulai matang secara fisik, emosi dan intelektual.
Mereka haus akan pengalaman yang terbebas dari orangtua. Ikatan-ikatan dengan
keluarga tidak terlalu diperketat lagi, tetapi tetap tidak menghilangkan
peranan pengawasan orangtua.
Kelompok anak-anak
akhir menunjukkan nilai tertinggi pada faktor eksplorasi diri dan pemaparan
diri. Kelompok anak-anak akhir ini menyukai pertemanan melalui dunia maya karena mendapatkan banyak teman baru dari
interaksi ini. Anak-anak akhir juga menunjukkan perilaku sharing melalui dunia
maya yang lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya.
Kelompok dewasa
mempunyai nilai tertinggi pada faktor manajemen impresi dibandingkan kedua
kelompok lainnya. Kelompok dewasa muda melakukan lebih banyak pengaturan
presentasi diri berdasarkan evaluasi feedback lingkungan kepadanya.
Kelompok dewasa muda
dan remaja menunjuk-kan skor yang lebih tinggi pada faktor pertimbangan
interaksi dibandingkan dengan kelompok anak. Hal ini terkait aspek perkembangan
kognitif yang belum sempurna pada anak-anak dan mengindikasikan perlunya
pendampingan orang dewasa dalam interaksi anak-anak dengan dunia maya.
Perbedaan tujuan
interaksi, eksplorasi diri dan identitas dapat dijelaskan bahwa anakanak akhir
mempunyai tujuan interaksi “bermain”. Anak laki-laki cenderung bermain game
online sementara anak-anak perempuan menyukai kegiatan sosialisasi di jejaring
sosial dan menjelajah untuk mengetahui apa yang sedang dilakukan atau dipakai
oleh tokoh idola/teman favoritnya. Remaja mempunyai tujuan utama beraktivitas
sosial komunikasi. Dewasa muda berinteraksi dengan tujuan sosial komunikasi dan
instrumental dengan pertimbangan yang lebih kompleks.
Anak-anak akhir
mempersepsi interaksi ini sebagai kegiatan yang “fun.” Remaja mempertimbangkan
interaksi ini sebagai aktivitas sosial yang dilakukan demi kepentingan sosial
itu sendiri. Kelompok dewasa melakukan pertimbangan lebih seksama dalam memilih
aktivitas interaksi. Kelompok anak-anak akhir bereksplorasi identitas dengan
mengganti foto (profile picture) secara teratur ataupun menggunakan
nama-nama yang disukai agar terlihat
“fresh” dan bisa “fit in” dengan lingkungan sosial yang bernilai untuknya.
Kelompok remaja bereksplorasi identitas agar terlihat “cool” di lingkungannya
untuk kemudian menemukan identitas yang paling sesuai, banyak menggunakan
asosiasi BirGing (basking in reflected glory) sebagai cara presentasi dirinya.
Kelompok dewasa awal bereksplorasi identitas untuk mengurangi tegangantegangan
yang terjadi karena adanya daya tarik menarik antara konsep diri dan pengaruh
lingkungan.
Kelompok dewasa awal
ini ditemukan paling banyak melakukan multiplicity pada identitas onlinenya,
menciptakan manifes-manifes identitas online yang berbeda-beda untuk memfasilitasi
kepentingan tertentu.
8.
Budaya
Munculnya teknologi
sebagai tuhan baru bagi para manusia komputeris akan membuat hilangnya budaya
primordial yang menganggap kesakralan berada di tangan alam dan manusia itu
sendiri. Tidak hanya itu, kondisi ‘autis’ para manusia komputeris ini juga
membuat mereka tidak lagi peka terhadap kejadian sosial yang menimpa masyarakat
lain.
Contoh
kasus:
Positif:
Menambah wawasan dan
pengetahuan dari berbagai bidang dari seluruh dunia. Bagi para pelajar juga
sangat banyak manfaat yang bisa diambil, banyak informasi yang berkaitan dengan
pelajaran yang bisa didapat
di internet, dan tidak
diperoleh di bangku sekolah karena keterbatasan waktu mengajar guru. Bukan
sekedar prestasi di sekolah yang harus dikejar, hanya semata-mata mengejar
nilai bagus di atas kertas, tanpa tahu harus bagaimana kedepannya. Dengan
banyaknya wawasan yang didapat dari internet, akan membuka jalan pikiran yang
lebih luas dan maju.
Negatif:
Michelle Weil, seorang
Psikolog dan pengarang buku terkenal, memberikan contoh konkrit tentang seorang
gadis yang dijauhi oleh teman-temannya lalu kemudian menghabiskan waktu untuk
mojok berchatting-ria dengan menampilkan karakter yang sangat kontradiktif
dengan karakter aslinya. Akibatnya, lama kelamaan ia semakin jauh dengan
kenyataaan sosial yang ada, bahkan tidak bisa menerima diri apa adanya. Menurut
pakar psikoanalisa terkenal seperti Erich Fromm, kondisi demikian dinamakan
neurosis. Kondisi neurosis yang berkepanjangan akan mengakibatkan gangguan jiwa
yang serius. Michelle lebih lanjut menambahkan, bahaya latennya adalah
terbentuknya kepribadian online yang berbeda dengan yang asli.
Sumber
https://novelaayu.wordpress.com/2014/11/24/aspek-psikologi-dan-demografis-pengguna-internet/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar